Islam Penuh Inspirasi
Rabu, 25 Juli 2012
Menjaga Lisan
Menjaga Lisan
Dalam keidupan sehari-hari setiap manusia yang ada di dunia ini pasti melakukan hubungan dengan orang lain melalui lisan atau perkataan. Mulai dari usia balita hingga orang tua sekalipun menyampaikan informasi melalui lisannya dalam bentuk dan gaya berbeda. Tapi tidak sedikit juga orang mengeluarkan perkataan yang dapat membuat perasaan seseorang tersakiti atau bahkan menyebabkan keributan, padahal dalam Al- Qur’an etika dalam berlisan sangat diatur dalam pengucapannya seperti dalam ayat :
Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia. (17. Al Israa': 53)
Islam dibawa oleh Rasulullah saw tidak serta merta hanya mangatur hubungan kita kepada Allah swt melaingkan bagaimana hubungan kita dengan orang lain melalui beberapa etika termasuk etika dalam mengeluarkan kata-kata baik itu dengan seseorang ataupun orang banyak. Perkataan yang baik juga dapat memberikan gambaran tentang kepribadian seseorang, semaking baik etika kita dalam berlisan maka semakin baik juga pandangan orang lain terhadap diri kita.
Dalam kitab suci Al-Qur’an Allah swt memberikan beberapa keutaman mengeluarkan kata-kata yang baik antara lain :
Al Hajj ayat : 24
Dan mereka diberi petunjuk kepada ucapan-ucapan yang baik dan ditunjuki (pula) kepada jalan (Allah) yang terpuji.
Faathir ayat :10
Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik [1249] dan amal yang saleh dinaikkan-Nya [1250]. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur.
[1249]. Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa perkataan yang baik itu ialah Kalimat Tauhid yaitu Laa ilaa ha illallaah; dan ada pula yang mengatakan zikir kepada Allah
dan ada pula yang mengatakan semua perkataan yang baik yang diucapkan karena Allah.
[1250]. Maksudnya ialah bahwa perkataan baik dan amal yang baik itu dinaikkan untuk diterima dan diberi-Nya pahala.
AZ Zumar ayat: 39
yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. [1311]. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.
[1311]. Maksudnya ialah mereka yang mendengarkan ajaran-ajaran Al Quran dan ajaran-ajaran yang lain, tetapi yang diikutinya ialah ajaran-ajaran Al Quran karena ia adalah yang paling baik.
Dari beberapa ayat Al-Qur’an yang mengatur bagaimana manusia dalam megeluarkan kata-kata sebaiknya Kita memperimbangkan terlebih dahulu apakah kata yang dikeluarkan ini bermanfaat ataukah hanya mendatangkan masalah kepada diri kita terkhusus pada orang lain. Orang bisa selamat dengan kata-katanya dan orang juga bisa mendapatkan celaka juga melalui kata-katanya untuk itu marilah mulai dari sekarang untuk senantiasa mejaga lisan.
Rahasia Tiga Pertanyaan
Rahasia Tiga Pertanyaan :
Pada masa permulaan Islam, ketika orang berbondong-bondong masuk Islam, orang-orang kafir Quraisy semakin tidak suka kepada Nabi Muhammad SAW dan pada perkembangan Islam yang pesat.
Ketika itu, di kota Yastrib,yaitu kota yang setelah nabi berhijrah ke sana dinamakan Madinah- hidup sekelompok orang Yahudi yang jumlahnya cukup banyak: mereka termasuk ahlul kitab karena mereka memiliki Kitab Taurat. Akan tetapi, Kitab Taurat yang ada di tangan mereka telah mengalami beberapa perubahan. Jadi, tidak utuh seperti waktu diturunkan kepada Nabi Musa as.
Kaum kafir Quraisy mengirim utusan untuk menemui para pendeta Yahudi di Yatsrib. Utusan itu menceritakan tentang munculnya Muhammad sebagai nabi dan utusan Allah Swt. Utusan itu juga menceritakan bahwa Muhammad saw mengaku menerima wahyu dari Allah swt.
Utusan kafir Quraisy itu berkata kepada para pendeta Yahudi, “kalian adalah pemuka bangsa Yahudi. Kalian adalah ahlul kitab yang pertama. Kalian memiliki ilmu tentang kenabian yang tidak kami miliki. Maka beritahulah kepada kami, apa pendapat kalian tentang Muhammad?”
Seorang pendeta Yahudi menjawab, “Cobalah kalian tanyakan tiga hal kepadanya. Tanyakanlah tentang sekelompok pemuda yang hidup pada zaman dahulu dan memilki kisah menakjubkan. Lalu, tanykan kepadanya tentang lelaki gagah perkasa yang mengembara ke timur dan ke barat. Tanyakan pula kepadanya tentang ruh, apakah ruh itu? Jika dia bisa menjelaskan yang ketiga, berarti dia benar-benar nabi.”
Utusan Quraisy itu pun kembali ke Makkah. Begitu sampai, mereka mengabarkan perkatan pendeta Yahudi pada pemuka kaum kafir Quraisy. Lalu, mereka bersama-sama menguji Rasullullah saw dengan tiga pertanyaan itu.
Untuk menjawab tiga soal itu Allah Swt menurunkan surat al-kahfi. Dengan surah Kahfi itu, beliau menjawab tiga pertanyaan dengan tepat.
Soal pertama dijawab dengan cerita tentang Ashabul Kahfi, sekelompok anak muda yang memasuki gua karena melarikan diri dari kejaran raja yang zalim, bengis, lagi kejam. Anak-anak muda itu disertai seekor anjing. Mereka tertidur dalam gua lebih dari tiga ratus tahun. Ketika bangun, mereka mendapati negerinya telah berubah total. Semua orang yang mengetahui kisah mereka, merasa takjub. Rasulullah menjelaskan kisah Ashabul Kahfi itu secara rinci dan jelas.
Soal kedua, beliau jawab dengan kisah Dzulqarnain. Seorang raja perkasa yang menundukkan banyak raja dan berkeliling ke dunia timur dan barat. Sampai akhirnya, Dzulqarnain bertemu dengan kaum yang memintanya untuk membangun tembok pemisah antara mereka dengan Ya’juj dan Ma’juj agar mereka aman dari kejahatan Ya’juj dan Ma’juj, sampai akhir kisah.
Adapun pertanyaan mereka yang ketiga, yaitu tentang ruh, maka Rasulullah saw menjawabnya dengan firman Allah Swt dalam surat Al- Isra’ ayat 85
“Dan mereka menanyakan kepdamu (muhammad) tentang ruh. Katakanlah, ruh itu termasuk urusan Tuhanku dan aku tidak diberi ilmu kecuali sedikit.”
Dengan demikian, Rasulullah saw telah menjawab ketiga pertanyaan itu dengan tepat, karena beliau mendapat bimbingan lansung dari Allah swt.
Seketika itu, banyak dari kaum kafir Quraisy percaya bahwa Nabi Muhammad saw benar-benar seorang nabi utusan Allah, dan ajaran islam yang beliau bawa benar-benar datang dari Allah.
Akan tetapi, walaupun mereka mengetahui hal itu, tetap saja banyak orang kafir yang tidak mau beriman. Kekafiran mereka tak lain disebabkan karena rasa gengsi, agkuh, dan cinta pada dunia.
Dikutip dari buku : Ketika Berbuah surga ; Habiburrahman El Shirazy
Jumat, 20 Juli 2012
Tentang Taubat
Tentang
Taubat
Ia menetap di kota Riyadh, hidup tak menentu, tidak
mengenal Allah SWT melaingkan hanya sedikit, sejak beberapa tahun belakangan
tidak pernah masuk ke mesjid, tidak pernah bersujud kepada Allah walaupun hanya
sekali. Allah berkehendak agar taubatnya di tangan putrid kecilnya.
Ia menceritakan kisahnya, “Dulu saya begadang hingga pagi
hari bersama teman-teman yang tidak baik di tempat-tempat hiburan, permainan
dan sia-sia. Saya meninggalkan istri dalam kesunyian, Ia merasakan kesendiriann
kesulitan dan rasa sakit, hanya Allah saja yang mengetahuinya. Istri shalehah
dan penuh bakti itu menghadapi saya. Ia terus memberikan nasihat dan
mengarahkan saya, akan tetapi tidak ada hasilnya.
Pada suatu malam, saya kembali dari salah satu tempat
begadang saya,jam menunjukkan pukul tiga dini hari, saya dapat istri saya dan
putrid kecil saya sedang terlelap tidur pulas. Saya menuju kamar sebelah untuk
menhabiskan sisa-sisa malam dengan menonton film porno lewat video, pada saat Tuhan
turun dan berkata, “Adakah yang berdoa, maka Aku akan merpekenakannya. Adakah
yang memohon ampun, maka Aku mengampuninya. Dan adakah yang memohon, maka Aku
akan mengabulkan permitaanya?”
Tiba-tiba, pintu kamar terbuka, tiba-tiba putrid kecilku
yang belum melewati usia lima tahun keluar, ia memandangku dengan pandangan
heran dan tatapan hina. Ia segera berkata kepadaku, “ Ayah, jangan lakukan itu.
Bertakwalah kepada Allah.” Ia mengulanginya tiga kali. Kemudian ia menutup
pintu dan pergi. Aku sangat ling-lung, aku segera mematikan video, aku duduk
dalam keadaan bingung. Kata-katanya terus berulang di teklingaku, bahkan hampir
membunuhku. Aku keluar kamar menyusulnya, aku dapati ia telah kembali ke tempat
tidurnya. Aku seperti orang gila. Aku tidak tahu apa yang telah menimpaku saat
itu. Hanya beberapa saat setelah itu terdengar suara mu’adzin dari masjid dekat
rumahku memecah keheningan malam yang mencekam, ajakan untuk melaksanakanshalat
subuh.
Aku berwudhu’, kemudian aku pergi ke masjid. Sebenarnya
aku tidak terlalu ingin melaksanakan shalat, hanya menyibukkanku dan mecemaskan
perasaanku adalah kata-kata putriku kecilku.
Shalatpun dilaksanakan, imam mengankat takbir, kemudian
membaca beberapa ayat Al-Qur’an. Ketika imam bersujud, aku ikut sujud di
belakannya, aku tempelkan keningku ke atas lantai sampai aku menangis histeris,
aku tidak tahu sebabnya, ini pertama kali aku bersujud kepada Allah sejak tujuh
tahun silam.
Tangisan itu merupakan awal pembuka kebaikan bagiku.
Dengan tangisan itu, semua yang ada didalam hatiku menjadi keluar, kekufuran,
kemunafikan dan kerusakan. Aku merasakan bahwa keimanan mulai mengalir dalam
diriku.
Setelah melaksanakan shalat, aku duduk sebentar di dalam
masjid. Kemudian aku kembali ke rumah. Aku belum tidur walau sejenak. Aku pergi
bekerja, ketika aku menemui temanku, ia merasa heran mengapa aku datang cepat.
Biasanya aku datang terlambat satu jam karena begadang sepanjang malam. Ketika
ia bertanya kepadaku sebabnya, aku berutahukan kepadanya tentang apa yang
terjadi padaku tadi malam. Ia berkata , “segala puji Allah yang telah
menundukkanmu, putri kecilmu telah membangunkanmu dari kelalaianmu. Ia tidak
mengutus malaikat maut untuk mencabut ruhmu saat itu”.
Ketika tiba waktu shalat zhuhur, aku sangat lelah, karena
belum tidur sejak malam. Aku meminta kepada temanku agar mengerjakan
pekerjaanku. Kemudian aku pulang kerumah untuk beristirahat. Aku sangat rindu
ingin melihat putrid kecilku yang telah menjadi penyebab aku mendapat hidayah
kembali kepada Allah.
Aku kembali ke rumah, aku sangat rindu ingin melihat
putrid yang penuh berkah itu. Aku merasa kakiku berlomba cepat dengan angin.
Ketika aku sampai dirumah, aku dapati istriku berdiri di depan pintu rumah
tidak seperti biasanya, ia berteriak di depan wajahku, “kamu di mana ?” Aku
jawab, “Aku dari tempat kerja.” Ia berkata, “Kami terus menghubungimu, tapi
tidak menemukanmu. Kamu dari mana saja ?” Aku jawab, “Aku dimasjid tempat aku
bekerja, apa yang telah terjadi ? Apa yang membuatmu berdiri di depan pintu
saat seperti ini?” Istriku menjawab, “putrid kita telah meninggal dunia.” Aku
tidak bisa menguasai diriku karena goncangan yang dahsyat itu. Aku menangis
keras, aku tidak mengingat apa-apa, hanya kata-katanya, “Ayah, jangan lakukana
itu. Bertakwalah kepada Allah. Ayah jangan lakukan itu. Bertwakwalah kepada
Allah.
Aku menelepon temanku, aku katakana kepadanya, “putriku
telah dijadikan Allah sebagai penyebab aku keluar dari kegelapan menuju cahaya,
ia telah meninggal dunia.”
Temannya segera datang, ia masuk, kemudian memandikan dan
mengkafani putri temannya. Mereka pergi membawanya ke masjid, mereka
melaksanakan shalat jenasah untuknya, kemudian mereka pergi ke pemakaman.
Temannya berkata kepadanya, “Ambillah putrimu, letakkanlah ia di bawah
tanah.
Setiap yang menangis akan ditangisi
Setiap yang mengiringi jenasah akan
diiringi
Semua yang disimpan akan binasa
Semua yang diingat akan dilupa
Tidak ada selain Allah yang kekal
Siapa yang tinggi, Allah-lah Yang
Mahatinggi
Ia menyambut putri
kecilnya dan menguburkannya. Ia berkata kepada orang-orang yang berada di
sekelilingnya, “Aku tidak mengubur putriku. Aku hanya mengubur cahaya yang
telah menerangi jalanku menuju Allah.
Putriku ini, Allah telah menjadikannya sebagai penyebab aku mendapat
hidayah. Aku memohon kepada Allah agar mempertemukan aku dengannya di dalam
surgaNya.”
Orang-orang yang berada disekelilingnya menangis pilu,
hati mereka nyaris putus karena sedih mengingat putrid kecil yang penuh berkah
itu.
Demikianlah wahai saudara-saudara yang mulia, tidak ada
manusia yang tahu kapan malaikat maut datang kepadanya. Kematian tidak mengenal
muda atau tua. Allah berfirman,
“ Maka apabia telah tiba waktunya (yang ditentukan ) bagi mereka,
tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang seseat pun dan tidak (pula)
mendahulukannya…(An- Nahl:6)
Mari kita segera
melangkah menuju jalan Allah, mari kita segera menyatakan taubat yang sebenarnya, semoga itu menjadi saat
terakhir usia kita dan balasannya kelak di dalam surge-Nya.
Dikutip dari buku Syaikh Mahmud Al- Mishri : Semua Ada Saatnya (hal 25-28)
Langganan:
Postingan (Atom)