Jumat, 20 Juli 2012

Tentang Taubat


Tentang Taubat

            Ia menetap di kota Riyadh, hidup tak menentu, tidak mengenal Allah SWT melaingkan hanya sedikit, sejak beberapa tahun belakangan tidak pernah masuk ke mesjid, tidak pernah bersujud kepada Allah walaupun hanya sekali. Allah berkehendak agar taubatnya di tangan putrid kecilnya.
            Ia menceritakan kisahnya, “Dulu saya begadang hingga pagi hari bersama teman-teman yang tidak baik di tempat-tempat hiburan, permainan dan sia-sia. Saya meninggalkan istri dalam kesunyian, Ia merasakan kesendiriann kesulitan dan rasa sakit, hanya Allah saja yang mengetahuinya. Istri shalehah dan penuh bakti itu menghadapi saya. Ia terus memberikan nasihat dan mengarahkan saya, akan tetapi tidak ada hasilnya.
            Pada suatu malam, saya kembali dari salah satu tempat begadang saya,jam menunjukkan pukul tiga dini hari, saya dapat istri saya dan putrid kecil saya sedang terlelap tidur pulas. Saya menuju kamar sebelah untuk menhabiskan sisa-sisa malam dengan menonton film porno lewat video, pada saat Tuhan turun dan berkata, “Adakah yang berdoa, maka Aku akan merpekenakannya. Adakah yang memohon ampun, maka Aku mengampuninya. Dan adakah yang memohon, maka Aku akan mengabulkan permitaanya?”
            Tiba-tiba, pintu kamar terbuka, tiba-tiba putrid kecilku yang belum melewati usia lima tahun keluar, ia memandangku dengan pandangan heran dan tatapan hina. Ia segera berkata kepadaku, “ Ayah, jangan lakukan itu. Bertakwalah kepada Allah.” Ia mengulanginya tiga kali. Kemudian ia menutup pintu dan pergi. Aku sangat ling-lung, aku segera mematikan video, aku duduk dalam keadaan bingung. Kata-katanya terus berulang di teklingaku, bahkan hampir membunuhku. Aku keluar kamar menyusulnya, aku dapati ia telah kembali ke tempat tidurnya. Aku seperti orang gila. Aku tidak tahu apa yang telah menimpaku saat itu. Hanya beberapa saat setelah itu terdengar suara mu’adzin dari masjid dekat rumahku memecah keheningan malam yang mencekam, ajakan untuk melaksanakanshalat subuh.
            Aku berwudhu’, kemudian aku pergi ke masjid. Sebenarnya aku tidak terlalu ingin melaksanakan shalat, hanya menyibukkanku dan mecemaskan perasaanku adalah kata-kata putriku kecilku.
            Shalatpun dilaksanakan, imam mengankat takbir, kemudian membaca beberapa ayat Al-Qur’an. Ketika imam bersujud, aku ikut sujud di belakannya, aku tempelkan keningku ke atas lantai sampai aku menangis histeris, aku tidak tahu sebabnya, ini pertama kali aku bersujud kepada Allah sejak tujuh tahun silam.
            Tangisan itu merupakan awal pembuka kebaikan bagiku. Dengan tangisan itu, semua yang ada didalam hatiku menjadi keluar, kekufuran, kemunafikan dan kerusakan. Aku merasakan bahwa keimanan mulai mengalir dalam diriku.
            Setelah melaksanakan shalat, aku duduk sebentar di dalam masjid. Kemudian aku kembali ke rumah. Aku belum tidur walau sejenak. Aku pergi bekerja, ketika aku menemui temanku, ia merasa heran mengapa aku datang cepat. Biasanya aku datang terlambat satu jam karena begadang sepanjang malam. Ketika ia bertanya kepadaku sebabnya, aku berutahukan kepadanya tentang apa yang terjadi padaku tadi malam. Ia berkata , “segala puji Allah yang telah menundukkanmu, putri kecilmu telah membangunkanmu dari kelalaianmu. Ia tidak mengutus malaikat maut untuk mencabut ruhmu saat itu”.
            Ketika tiba waktu shalat zhuhur, aku sangat lelah, karena belum tidur sejak malam. Aku meminta kepada temanku agar mengerjakan pekerjaanku. Kemudian aku pulang kerumah untuk beristirahat. Aku sangat rindu ingin melihat putrid kecilku yang telah menjadi penyebab aku mendapat hidayah kembali kepada Allah.
            Aku kembali ke rumah, aku sangat rindu ingin melihat putrid yang penuh berkah itu. Aku merasa kakiku berlomba cepat dengan angin. Ketika aku sampai dirumah, aku dapati istriku berdiri di depan pintu rumah tidak seperti biasanya, ia berteriak di depan wajahku, “kamu di mana ?” Aku jawab, “Aku dari tempat kerja.” Ia berkata, “Kami terus menghubungimu, tapi tidak menemukanmu. Kamu dari mana saja ?” Aku jawab, “Aku dimasjid tempat aku bekerja, apa yang telah terjadi ? Apa yang membuatmu berdiri di depan pintu saat seperti ini?” Istriku menjawab, “putrid kita telah meninggal dunia.” Aku tidak bisa menguasai diriku karena goncangan yang dahsyat itu. Aku menangis keras, aku tidak mengingat apa-apa, hanya kata-katanya, “Ayah, jangan lakukana itu. Bertakwalah kepada Allah. Ayah jangan lakukan itu. Bertwakwalah kepada Allah.
            Aku menelepon temanku, aku katakana kepadanya, “putriku telah dijadikan Allah sebagai penyebab aku keluar dari kegelapan menuju cahaya, ia telah meninggal dunia.”
            Temannya segera datang, ia masuk, kemudian memandikan dan mengkafani putri temannya. Mereka pergi membawanya ke masjid, mereka melaksanakan shalat jenasah untuknya, kemudian mereka pergi ke pemakaman. Temannya berkata kepadanya, “Ambillah putrimu, letakkanlah ia di bawah tanah. 
            Setiap yang menangis akan ditangisi
            Setiap yang mengiringi jenasah akan diiringi
            Semua yang disimpan akan binasa
            Semua yang diingat akan dilupa
            Tidak ada selain Allah yang kekal
            Siapa yang tinggi, Allah-lah Yang Mahatinggi
Ia menyambut putri kecilnya dan menguburkannya. Ia berkata kepada orang-orang yang berada di sekelilingnya, “Aku tidak mengubur putriku. Aku hanya mengubur cahaya yang telah menerangi jalanku menuju Allah.  Putriku ini, Allah telah menjadikannya sebagai penyebab aku mendapat hidayah. Aku memohon kepada Allah agar mempertemukan aku dengannya di dalam surgaNya.”
            Orang-orang yang berada disekelilingnya menangis pilu, hati mereka nyaris putus karena sedih mengingat putrid kecil yang penuh berkah itu.
            Demikianlah wahai saudara-saudara yang mulia, tidak ada manusia yang tahu kapan malaikat maut datang kepadanya. Kematian tidak mengenal muda atau tua. Allah berfirman,
Maka apabia telah tiba waktunya (yang ditentukan ) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang seseat pun dan tidak (pula) mendahulukannya…(An- Nahl:6) 
            Mari kita segera melangkah menuju jalan Allah, mari kita segera menyatakan taubat  yang sebenarnya, semoga itu menjadi saat terakhir usia kita dan balasannya kelak di dalam surge-Nya.


  
Dikutip dari buku Syaikh Mahmud Al- Mishri : Semua Ada Saatnya (hal 25-28)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar